Selasa, 30 November 2010

MEMBERI SATU DIRHAM LALU ALLAH MEMBERINYA SERATUS DUA PULUH RIBU DIRHAM



Dari Al-Fudhail bin Iyadh, ia berkata, seorang laki-laki menceritakan kepadaku: "Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepal kawannya. Ia lalu bertanya, 'Ada apa?' Orang pun memberitahunya bahwa keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham kepada keduanya, dan iapun tak memiliki sesuatu.

Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu lalu berkata kepadanya, 'Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah Anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?' Ia pun mengiakan. Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, 'Dindaku, segeralah urus (masak) ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!' Maka sang isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Dengan mengejutkan sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut. Wanita itu pun berkata gembira, 'Suamiku, dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir sebesar telur burung dara'.

Suaminya berkata, 'Perlihatkanlah kepadaku!' Maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada isterinya, 'Tahukah engkau berapa nilai mutiara ini?'
'Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini', jawab istrinya.
Lalu suaminya mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicara kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara. 'Tahukah Anda, berapa nilai ini?, ia bertanya.
Kawannya memperhatikan barang itu begitu lama, baru kemudian ia berkata, 'Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku'.

Maka ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, 'Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi dariku'.
Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, 'Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikitu pun dari harga itu!' 'Ya',
ia pun setuju. Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, 'Saya punya kisah, karena itu masuklah'. Orang itu pun masuk. Ia berkata, 'Ambillah separuh dari hartaku ini. Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya. Setelah agak menjauh, ia kembali lagi seraya berkata, 'Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah Ta'ala telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripada-nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUKNYA KARENA JIHADNYA DI JALAN ALLAH


Setelah Nabi Musa as. wafat, Nabi Yusya' bin Nun as. membawa Bani Israil ke luar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica. Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat. Nabi Yusya' dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.
Suatu hari mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. Diiringi dengan suara terompet dan pekikan takbir, dan dengan suatu semangat yang kuat, merekapun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya. Di situ mereka mengambil harta rampasan dan menaklukkan dua belas ribu pria dan wanita. Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa. Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam.
Hari itu hari Jumat, peperangan belum juga usai, sementara matahari sudah hampir terbenam. Berarti hari Jumat akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba. Padahal menurut syariat di masa Nabu Musa as, pada hari itu (Sabtu) dilarang melakukan peperangan. Oleh karena itu Nabi Yusya' berkata, "Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengiktui perintah Allah, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Allah, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu." Maka Allah menahan matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil menaklukan negeri itu, dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya matahari itu tidak pernah bertahan tidak terbenam hanya karena seorang manusia, kecuali untuk Yusya'. Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad)." (HR. Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhori)
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Rasulullah saw bersabda, “Ada seorang nabi dari Nabi-nabi Allah yang ingin berperang. Dia berkata kepada kaumnya, 'Tidak boleh ikut bersamaku dalam peperangan ini seorang laki-laki yang telah berkumpul dengan istrinya dan dari itu dia mengharapkan anak tapi masih belum mendapatkannya, begitu pula orang yang telah membangun rumah tapi atapnya belum selesai. Juga tidak boleh ikut bersamaku orang yang telah membeli kambing atau unta bunting yang dia tunggu kelahiran anaknya'. Maka berangkatlah Nabi itu berjihad, dia sudah berada di dekat daerah yang dia tuju saat waktu Ashar telah tiba atau hampir tiba. Maka dia berkata kepada matahari, 'Hai matahari, engkau tunduk kepada perintah Allah dan akupun juga demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar tidak terbenam. ' Maka Allah menahan matahari itu hingga Nabi itu menaklukan daerah tersebut. Setelah itu balatentaranya mengumpulkan semua harta rampasan di sebuah tempat, kemudian ada api yang datang menyambar tetapi tidak membakarnya. maka Nabi itu berkata, 'Di antara kalian ada yang khianat, masih menyimpan sebagian dari harta rampasan. Aku harap dari setiap kabilah ada seorang yang bersumpah padaku.' Maka mereka pun datang satu per satu untuk disumpah. Kedua tangan Nabi itu lengket pada tangan salah seorang di antara mereka, ia berkata, 'Di antara kabialah kalian ada yang berkhianat, aku minta semua orang di kabilahmu untuk bersumpah.' Satu persatu mereka disumpah. Tiba-tiba tangan Nabi itu lengket pada tangan dua atau tiga orang.' Kalian telah berkhianat, 'Katannya pada mereka. Lalu mereka pun mengeluarkan emas sebesar kepala sapi. Emas itu kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan lain yang telah dikumpulkan sebelumnya di sebuah lapangan. Tiba-tiba datanglah api menyambar dan melalapnya. Harta rampasan memang tidak pernah dihalalkan untuk ummat sebelum kita. Dan dihalalkan untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita.” (Diriwayatkan oleh Muslim secara sendiri).

Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya' yang memerintah mereka dengan kitab Allah, Taurat, sampai akhir hayatnya. Dia kembali ke hadirat Allah saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun, dan masa hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa adalah dua puluh tujuh tahun.
Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Minggu, 14 November 2010

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim


Dalam ayat ke-6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim
ibu dalam tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan
kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Disadur dari HarunYahya oleh Rika Hermawan

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:

- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisanlapisan sel tersebut.

- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah
serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.
Wallahu a’lam

JAULAH ARTINYA BERKELILING.


Sore itu serombongan Jamaah Tabligh ada di sebuah musholla tengah mengadakan program rutin, jaulah. Sebagian ada di dalam musholla, sebagian berkeliling menemui masyarakat muslim sekitar untuk ajak-ajak amalkan sholat jamaah. 4 orang anggota yang jaulah dipimpin oleh seorang di antara mereka. Dengan tertib mereka melakukan jaulah sesuai yang anjuran mudzakarah sebelumnya. Jadi sebelum jaulah ada mudzakarah tentang tata tertibnya, termasuk jaga pandangan untuk tidak melihat wanita yang ditemui di perjalanan.
Beberapa rumah sudah didatangi, beberapa lelaki sudah ditemui, dan beberapa di antara mereka ada yang langsung mau untuk pergi ke musholla untuk mendengar bayan (ceramah iman dan amal soleh) yang disampaikan oleh seorang di antara jamaah tabligh yang ada di dalam musholla. Jadilah sebuah sistem yang lengkap. Di luar ada sebagian yang mengajak dan mengantar, di dalam mushola ada yang menerima dan menyampaikan ilmu. Walhasil, jika rombongan itu diikuti oleh orang-orang yang sudah banyak ilmu tentang agama (ulama) sungguh keadaannya akan lebih baik, banyak muslim awam yang selama ini lalai oleh kewajibannya, kini mendapat pencerahan dan tergugah, walau hanya datang di mushola terdekat, mana mungkin kaum muslim yang sudah tua renta mau pergi ke pondok pesantren atau kuliah di perguruan tinggi, atau ke madrasah di kelas terendah. Namun banyak orang yang belum faham tentang ini. Jamaah Tabligh adalah tempat belajar bagi siapa saja yang masih punya nyawa, walau tua renta, untuk belajar hakikat iman. Dengan adanya iman di hati seseorang, maka ia akan mampu amalkan perintah Allah, sedikit demi sedikit.
Jamaah yang sedang jaulah, kini memasuki halaman rumah seorang tokoh di desa itu. Ketukan pintu dan ucapan salam dalil (penunjuk jalan) telah disuarakan. Dari balik pintu yang bergerak membuka itu ada seorang lelaki berwibawa, dengan wajah keruh disertai mata membelalak tanpa menjawab salam tamunya, langsung membentak,”Lagi-lagi kamu! Apa tak punya pekerjaan? Kerjanya cuma ngajak-ngajak sholat? Aku sudah tahu sholat itu wajib!
Dengan gugup para tamu itu tundukkan kepala. Dan sebelum dalil/penunjuk jalan (biasanya oleh masyarakat setempat) menyampaikan alasan, lelaki besar itu memotongnya dengan bentakan penuh kebencian,”Pergiiiii….!” Segera jamaah jaulah meninggalkan rumah itu dengan banyak menyebut nama Tuhannya.
Tak berapa lama waktunya, beberapa hari sesudah jamaah itu menyelesaikan kegiatannya di desa itu (ini menurut teman, sebagai masyarakat setempat) terdengar berita bahwa lelaki yang angkuh itu sakit perut. Makin hari makin besar dan akhirnya mati dalam keadaan perut buncit cukup besar.
Wallahu a’lam.

KISAH SEORANG PREMAN


Di suatu pagi, di sebuah musholla, ada majelis ta’lim yang diikuti oleh sekitar delapan orang di ruang utama. Majelis itu membaca sebuah kitab yang dibacakan oleh seorang di antara mereka, yang lain terlihat khusuk menyimak, seakan mereka baru mendengar apa yang dibacakan. Sering terjadi komat-kamit pada bibir mereka ketika mendengar nama Allah, Rasulullah saw. dan orang-orang suci, seperti para sahabat nabi. Itulah mereka yang sedang melakukan i’tikaf selama 3 hari di situ. Itulah mereka yang disebut oleh orang sebagai Jamaah Tabligh, meskipun nama ini bukan nama resmi yang mereka akui, namun banyak masyarakat kita yang faham bahwa mereka adalah kelompok penyampai (Jamaah Tabligh), padahal kegiatan mereka sangat banyak, termasuk belajar bagi yang baru mengenal Islam. Metode belajar inilah yang menjadi ciri khas Jamaah Tabligh, lain daripada metode belajar yang dikenal dalam dunia pendidikan. Bahkan banyak praktisi pendidikan tidak memahami metode yang satu ini. Sebagai contoh, ketika sekelompok ilmuwan dari UGM mengadakan penyelidikan terhadap kegiatan itu, mereka masih menyimpulkan bahwa mereka ini adalah kelompok atau aliran dalam suatu keyakinan, tidak dipandang sebagai metode belajar.
Dunia pendidikan mengenal secara umum bahwa belajar memerlukan ruang kelas pada sebatas almamater dengan bimbingan seorang (guru/dosen/ustadz) yang lebih berpengalaman dalam bidang ilmu yang dipelajari, sementara Jamaah tabligh memiliki ruang belajar di alam terbuka seluruh alam dengan menimba pengalaman yang tak terduga. Seperti penolakan dari masyarakat yang didatangi atau penyambutan yang luar biasa. Itu semua memerlukan sikap yang arif dan bijak sehingga tidak menimbulkan permasalahan. Sikap itu muncul seketika mereka menghadapi masalah yang timbul. Di sinilah pengalaman akan berperan penting untuk mengambil sikap secara cepat agar masalah selesai dengan baik, dan inilah sesuatu yang didapat bukan pada kitab-kitab besar sebagaimana anggapan orang bahwa ilmu itu ada pada kitab-kitab. Walau memang bahwa belajar memerlukan guru pembimbing, namun dalam belajar menghadapi situasi diperlukan latihan langsung di lapangan. Seandainya kegiatan belajar ini diikuti oleh orang-orang yang sudah mempunyai modal ilmu yang cukup maka akan lebih baik keadaannya.
Itulah sebabnya, Jamaah Tabligh di mushola kecil itu berada di sana untuk belajar. Dan pada hari ini mereka kedatangan seorang preman di desa itu yang berteriak meminta semua yang ada di dalam mushola itu keluar, dengan suara lantang, layaknya seorang pendekar yang haus perkelahian. Dengan wajah bersungut-sungut preman itu mondar mandir di depan musholla yang berhalaman luas itu.
“Hai, semua yang di dalam, keluaaaar!.......! teriaknya.
Anggota majelis ta’lim itu terbelalak kaget, menengok keluar, tetapi pimpinan jamaah hanya menyuruh salah satu untuk keluar menemuinya. Seorang di antara mereka keluar dengan lemah lembut mendekat disertai ucapan salam dan menyerahkan tangan untuk menjabat preman itu tanpa rasa khawatir, bahkan penuh kasih sayang. Sebuah sikap yang berlawanan dengan lelaki yang di depannya. Bagaikan seekor kambing di depan harimau lapar, sikap lembut berhadapan kepongahan preman desa itu sangat menyolok perbedaannya.
Tak disangka, bogem mentah datang dari tangan preman menghujam perut pemuda yang lemah lembut itu, sepontan ia tersungkur di halaman rumah ibadah itu. Melihat pemuda kurus mengenakan jubah putih itu menggelepar kesakitan, agaknya premain itu ketakutan, seketika itu ia mengambil langkah seribu.
Rupanya pukulan preman desa itu tidak bisa dianggap ringan karena menyebabkan pemuda berjenggot tipi situ pingsan. Teman-temannya berhamburan keluar menolongnya, memapah naik ke teras musholla. Untuk pertolongan pertama diberi air minum putih, tetapi kesakitan yang sangat sehingga ia tidak sadar diri. Dan segeralah menghubungi teman sesama anggota pengajian yang tinggal di daerah itu untuk membawanya ke Puskesmas terdekat.
Selama 3 hari ia dirawat di Puskesmas Suradadi sehingga mengurangi jadwal kegiatan i’tikaf dan ibadah rombongan, berganti untuk bergiliran menunggu teman yang sakit. Biaya pengobatan dipikul bersama teman dan bantuan dari penanggungjawab setempat.
Akhirnya, 3 hari sudah lewat, i’tikaf selesai bersamaan dengan selesainya perawatan seorang di antara mereka. Pagi itu jamaah berkemas untuk pulang ke rumah masing-masing. Apa yang terjadi? Ada kabar dari masyarakat bahwa pada hari ini baru ditemukan preman desa itu mati tanpa diketahui tetangga, di rumahnya. Jazadnya sudah berbau tak sedap. Rupanya sudah 2 hari ia mati.
Semenjak kejadian itu, jika ada jamaah i’tikaf di desa itu, tak ada yang berani usil. Inilah kisah yang saya dengar dari seorang teman jamaah, ketika aku i’tikaf 3 di musholla itu bersama jamaah sekitar bulan Januari 2010.
Wallahu a’lam.