Jumat, 24 Desember 2010

Pemikiran Anehkah?


Jika aku berfikir bagaimana supaya seluruh manusia mendapat hidayah untuk menempuh jalan yang lurus sebagaimana jalan yang ditempuh para nabi dan rasul Allah, anehkah? Jika aku dan banyak dari saudara kita yang muslim bergerak ke seluruh dunia untuk silaturahim kepada sesama manusia untuk sebarkan kedamaian hidup bersama kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah Muhammadur rasuulullah." Sesatkah jalan ini? Kalau kami berkunjung untuk mempererat tali persaudaraan sesama muslim dan mengingatkan untuk senantiasa mengamalkan ajaran Islam sebagaimana para sahabat r.anhum demi mencapai keridhoanNya, dosakah?

Banyak orang menyibukkan diri dalam kesia-siaan, misal: berburu menu masakan di berbagai kota, berlibur ke penjuru dunia, menimbun harta, dll. ini dianggap pemikiran yang wajar dan waras. Bahkan orang berlomba untuk hal seperti itu. Coba pikirkan!

Senin, 13 Desember 2010

Kunjungan Balasan


Malam ini aku berkunjung ke Warureja untuk memenuhi permintaan kunjungan balasan, yaitu ke desa Banjarsari untuk untuk silaturahmi kepada saudara muslim di sini. Alhamdulillah banyak aku temui saudara muslim, dan bertemu juga dengan sdr Sekhu, teman lama seperjuangan dulu ketika masa mudanya, kini masih saja eksis di dunianya.

Selasa, 30 November 2010

MEMBERI SATU DIRHAM LALU ALLAH MEMBERINYA SERATUS DUA PULUH RIBU DIRHAM



Dari Al-Fudhail bin Iyadh, ia berkata, seorang laki-laki menceritakan kepadaku: "Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepal kawannya. Ia lalu bertanya, 'Ada apa?' Orang pun memberitahunya bahwa keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham kepada keduanya, dan iapun tak memiliki sesuatu.

Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu lalu berkata kepadanya, 'Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah Anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?' Ia pun mengiakan. Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, 'Dindaku, segeralah urus (masak) ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!' Maka sang isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Dengan mengejutkan sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut. Wanita itu pun berkata gembira, 'Suamiku, dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir sebesar telur burung dara'.

Suaminya berkata, 'Perlihatkanlah kepadaku!' Maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada isterinya, 'Tahukah engkau berapa nilai mutiara ini?'
'Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini', jawab istrinya.
Lalu suaminya mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicara kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara. 'Tahukah Anda, berapa nilai ini?, ia bertanya.
Kawannya memperhatikan barang itu begitu lama, baru kemudian ia berkata, 'Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku'.

Maka ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, 'Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi dariku'.
Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, 'Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikitu pun dari harga itu!' 'Ya',
ia pun setuju. Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, 'Saya punya kisah, karena itu masuklah'. Orang itu pun masuk. Ia berkata, 'Ambillah separuh dari hartaku ini. Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya. Setelah agak menjauh, ia kembali lagi seraya berkata, 'Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah Ta'ala telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripada-nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUKNYA KARENA JIHADNYA DI JALAN ALLAH


Setelah Nabi Musa as. wafat, Nabi Yusya' bin Nun as. membawa Bani Israil ke luar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica. Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat. Nabi Yusya' dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.
Suatu hari mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. Diiringi dengan suara terompet dan pekikan takbir, dan dengan suatu semangat yang kuat, merekapun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya. Di situ mereka mengambil harta rampasan dan menaklukkan dua belas ribu pria dan wanita. Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa. Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam.
Hari itu hari Jumat, peperangan belum juga usai, sementara matahari sudah hampir terbenam. Berarti hari Jumat akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba. Padahal menurut syariat di masa Nabu Musa as, pada hari itu (Sabtu) dilarang melakukan peperangan. Oleh karena itu Nabi Yusya' berkata, "Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengiktui perintah Allah, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Allah, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu." Maka Allah menahan matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil menaklukan negeri itu, dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya matahari itu tidak pernah bertahan tidak terbenam hanya karena seorang manusia, kecuali untuk Yusya'. Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad)." (HR. Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhori)
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Rasulullah saw bersabda, “Ada seorang nabi dari Nabi-nabi Allah yang ingin berperang. Dia berkata kepada kaumnya, 'Tidak boleh ikut bersamaku dalam peperangan ini seorang laki-laki yang telah berkumpul dengan istrinya dan dari itu dia mengharapkan anak tapi masih belum mendapatkannya, begitu pula orang yang telah membangun rumah tapi atapnya belum selesai. Juga tidak boleh ikut bersamaku orang yang telah membeli kambing atau unta bunting yang dia tunggu kelahiran anaknya'. Maka berangkatlah Nabi itu berjihad, dia sudah berada di dekat daerah yang dia tuju saat waktu Ashar telah tiba atau hampir tiba. Maka dia berkata kepada matahari, 'Hai matahari, engkau tunduk kepada perintah Allah dan akupun juga demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar tidak terbenam. ' Maka Allah menahan matahari itu hingga Nabi itu menaklukan daerah tersebut. Setelah itu balatentaranya mengumpulkan semua harta rampasan di sebuah tempat, kemudian ada api yang datang menyambar tetapi tidak membakarnya. maka Nabi itu berkata, 'Di antara kalian ada yang khianat, masih menyimpan sebagian dari harta rampasan. Aku harap dari setiap kabilah ada seorang yang bersumpah padaku.' Maka mereka pun datang satu per satu untuk disumpah. Kedua tangan Nabi itu lengket pada tangan salah seorang di antara mereka, ia berkata, 'Di antara kabialah kalian ada yang berkhianat, aku minta semua orang di kabilahmu untuk bersumpah.' Satu persatu mereka disumpah. Tiba-tiba tangan Nabi itu lengket pada tangan dua atau tiga orang.' Kalian telah berkhianat, 'Katannya pada mereka. Lalu mereka pun mengeluarkan emas sebesar kepala sapi. Emas itu kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan lain yang telah dikumpulkan sebelumnya di sebuah lapangan. Tiba-tiba datanglah api menyambar dan melalapnya. Harta rampasan memang tidak pernah dihalalkan untuk ummat sebelum kita. Dan dihalalkan untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita.” (Diriwayatkan oleh Muslim secara sendiri).

Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya' yang memerintah mereka dengan kitab Allah, Taurat, sampai akhir hayatnya. Dia kembali ke hadirat Allah saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun, dan masa hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa adalah dua puluh tujuh tahun.
Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Minggu, 14 November 2010

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim


Dalam ayat ke-6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim
ibu dalam tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan
kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Disadur dari HarunYahya oleh Rika Hermawan

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:

- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisanlapisan sel tersebut.

- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah
serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.
Wallahu a’lam

JAULAH ARTINYA BERKELILING.


Sore itu serombongan Jamaah Tabligh ada di sebuah musholla tengah mengadakan program rutin, jaulah. Sebagian ada di dalam musholla, sebagian berkeliling menemui masyarakat muslim sekitar untuk ajak-ajak amalkan sholat jamaah. 4 orang anggota yang jaulah dipimpin oleh seorang di antara mereka. Dengan tertib mereka melakukan jaulah sesuai yang anjuran mudzakarah sebelumnya. Jadi sebelum jaulah ada mudzakarah tentang tata tertibnya, termasuk jaga pandangan untuk tidak melihat wanita yang ditemui di perjalanan.
Beberapa rumah sudah didatangi, beberapa lelaki sudah ditemui, dan beberapa di antara mereka ada yang langsung mau untuk pergi ke musholla untuk mendengar bayan (ceramah iman dan amal soleh) yang disampaikan oleh seorang di antara jamaah tabligh yang ada di dalam musholla. Jadilah sebuah sistem yang lengkap. Di luar ada sebagian yang mengajak dan mengantar, di dalam mushola ada yang menerima dan menyampaikan ilmu. Walhasil, jika rombongan itu diikuti oleh orang-orang yang sudah banyak ilmu tentang agama (ulama) sungguh keadaannya akan lebih baik, banyak muslim awam yang selama ini lalai oleh kewajibannya, kini mendapat pencerahan dan tergugah, walau hanya datang di mushola terdekat, mana mungkin kaum muslim yang sudah tua renta mau pergi ke pondok pesantren atau kuliah di perguruan tinggi, atau ke madrasah di kelas terendah. Namun banyak orang yang belum faham tentang ini. Jamaah Tabligh adalah tempat belajar bagi siapa saja yang masih punya nyawa, walau tua renta, untuk belajar hakikat iman. Dengan adanya iman di hati seseorang, maka ia akan mampu amalkan perintah Allah, sedikit demi sedikit.
Jamaah yang sedang jaulah, kini memasuki halaman rumah seorang tokoh di desa itu. Ketukan pintu dan ucapan salam dalil (penunjuk jalan) telah disuarakan. Dari balik pintu yang bergerak membuka itu ada seorang lelaki berwibawa, dengan wajah keruh disertai mata membelalak tanpa menjawab salam tamunya, langsung membentak,”Lagi-lagi kamu! Apa tak punya pekerjaan? Kerjanya cuma ngajak-ngajak sholat? Aku sudah tahu sholat itu wajib!
Dengan gugup para tamu itu tundukkan kepala. Dan sebelum dalil/penunjuk jalan (biasanya oleh masyarakat setempat) menyampaikan alasan, lelaki besar itu memotongnya dengan bentakan penuh kebencian,”Pergiiiii….!” Segera jamaah jaulah meninggalkan rumah itu dengan banyak menyebut nama Tuhannya.
Tak berapa lama waktunya, beberapa hari sesudah jamaah itu menyelesaikan kegiatannya di desa itu (ini menurut teman, sebagai masyarakat setempat) terdengar berita bahwa lelaki yang angkuh itu sakit perut. Makin hari makin besar dan akhirnya mati dalam keadaan perut buncit cukup besar.
Wallahu a’lam.

KISAH SEORANG PREMAN


Di suatu pagi, di sebuah musholla, ada majelis ta’lim yang diikuti oleh sekitar delapan orang di ruang utama. Majelis itu membaca sebuah kitab yang dibacakan oleh seorang di antara mereka, yang lain terlihat khusuk menyimak, seakan mereka baru mendengar apa yang dibacakan. Sering terjadi komat-kamit pada bibir mereka ketika mendengar nama Allah, Rasulullah saw. dan orang-orang suci, seperti para sahabat nabi. Itulah mereka yang sedang melakukan i’tikaf selama 3 hari di situ. Itulah mereka yang disebut oleh orang sebagai Jamaah Tabligh, meskipun nama ini bukan nama resmi yang mereka akui, namun banyak masyarakat kita yang faham bahwa mereka adalah kelompok penyampai (Jamaah Tabligh), padahal kegiatan mereka sangat banyak, termasuk belajar bagi yang baru mengenal Islam. Metode belajar inilah yang menjadi ciri khas Jamaah Tabligh, lain daripada metode belajar yang dikenal dalam dunia pendidikan. Bahkan banyak praktisi pendidikan tidak memahami metode yang satu ini. Sebagai contoh, ketika sekelompok ilmuwan dari UGM mengadakan penyelidikan terhadap kegiatan itu, mereka masih menyimpulkan bahwa mereka ini adalah kelompok atau aliran dalam suatu keyakinan, tidak dipandang sebagai metode belajar.
Dunia pendidikan mengenal secara umum bahwa belajar memerlukan ruang kelas pada sebatas almamater dengan bimbingan seorang (guru/dosen/ustadz) yang lebih berpengalaman dalam bidang ilmu yang dipelajari, sementara Jamaah tabligh memiliki ruang belajar di alam terbuka seluruh alam dengan menimba pengalaman yang tak terduga. Seperti penolakan dari masyarakat yang didatangi atau penyambutan yang luar biasa. Itu semua memerlukan sikap yang arif dan bijak sehingga tidak menimbulkan permasalahan. Sikap itu muncul seketika mereka menghadapi masalah yang timbul. Di sinilah pengalaman akan berperan penting untuk mengambil sikap secara cepat agar masalah selesai dengan baik, dan inilah sesuatu yang didapat bukan pada kitab-kitab besar sebagaimana anggapan orang bahwa ilmu itu ada pada kitab-kitab. Walau memang bahwa belajar memerlukan guru pembimbing, namun dalam belajar menghadapi situasi diperlukan latihan langsung di lapangan. Seandainya kegiatan belajar ini diikuti oleh orang-orang yang sudah mempunyai modal ilmu yang cukup maka akan lebih baik keadaannya.
Itulah sebabnya, Jamaah Tabligh di mushola kecil itu berada di sana untuk belajar. Dan pada hari ini mereka kedatangan seorang preman di desa itu yang berteriak meminta semua yang ada di dalam mushola itu keluar, dengan suara lantang, layaknya seorang pendekar yang haus perkelahian. Dengan wajah bersungut-sungut preman itu mondar mandir di depan musholla yang berhalaman luas itu.
“Hai, semua yang di dalam, keluaaaar!.......! teriaknya.
Anggota majelis ta’lim itu terbelalak kaget, menengok keluar, tetapi pimpinan jamaah hanya menyuruh salah satu untuk keluar menemuinya. Seorang di antara mereka keluar dengan lemah lembut mendekat disertai ucapan salam dan menyerahkan tangan untuk menjabat preman itu tanpa rasa khawatir, bahkan penuh kasih sayang. Sebuah sikap yang berlawanan dengan lelaki yang di depannya. Bagaikan seekor kambing di depan harimau lapar, sikap lembut berhadapan kepongahan preman desa itu sangat menyolok perbedaannya.
Tak disangka, bogem mentah datang dari tangan preman menghujam perut pemuda yang lemah lembut itu, sepontan ia tersungkur di halaman rumah ibadah itu. Melihat pemuda kurus mengenakan jubah putih itu menggelepar kesakitan, agaknya premain itu ketakutan, seketika itu ia mengambil langkah seribu.
Rupanya pukulan preman desa itu tidak bisa dianggap ringan karena menyebabkan pemuda berjenggot tipi situ pingsan. Teman-temannya berhamburan keluar menolongnya, memapah naik ke teras musholla. Untuk pertolongan pertama diberi air minum putih, tetapi kesakitan yang sangat sehingga ia tidak sadar diri. Dan segeralah menghubungi teman sesama anggota pengajian yang tinggal di daerah itu untuk membawanya ke Puskesmas terdekat.
Selama 3 hari ia dirawat di Puskesmas Suradadi sehingga mengurangi jadwal kegiatan i’tikaf dan ibadah rombongan, berganti untuk bergiliran menunggu teman yang sakit. Biaya pengobatan dipikul bersama teman dan bantuan dari penanggungjawab setempat.
Akhirnya, 3 hari sudah lewat, i’tikaf selesai bersamaan dengan selesainya perawatan seorang di antara mereka. Pagi itu jamaah berkemas untuk pulang ke rumah masing-masing. Apa yang terjadi? Ada kabar dari masyarakat bahwa pada hari ini baru ditemukan preman desa itu mati tanpa diketahui tetangga, di rumahnya. Jazadnya sudah berbau tak sedap. Rupanya sudah 2 hari ia mati.
Semenjak kejadian itu, jika ada jamaah i’tikaf di desa itu, tak ada yang berani usil. Inilah kisah yang saya dengar dari seorang teman jamaah, ketika aku i’tikaf 3 di musholla itu bersama jamaah sekitar bulan Januari 2010.
Wallahu a’lam.

Selasa, 26 Oktober 2010

Fungsi Gunung



Dengan perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas permukaan bumi, gunung-gunung
menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang berbeda, layaknya pasak. Kerak bumi terdiri atas
lempengan-lempengan yang senantiasa dalam keadaan bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah
guncangan dengan cara memancangkan kerak bumi yang memiliki struktur sangat mudah bergerak.
Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi
mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya,
hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari
lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan
bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya,
sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah
bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini
berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya
dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan
terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F.
Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan
sebagai "pasak":
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai
pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)
Disadur dari HarunYahya oleh Rika Hermawan



Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan
memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempenganlempengan
ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari
terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya.
Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaranlembaran
kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi".
Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah
permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York,
s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah
dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung
dalam ciptaan Allah.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)

AL QUR'AN DAN ASTRONOMI

Keajaiban Al-Qur’an tentang
AL QUR'AN DAN ASTRONOMI
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat
berikut: "Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan
penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat
astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta,
beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai
hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap.
Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya
tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik
tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat
dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi
ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara
metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti
terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan.
Disadur dari HarunYahya oleh Rika Hermawan

Rasulullah Saw dan pengemis buta

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku.. jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan
makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?".

Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”

"Apakah itu?", tanya Abubakar RA.

"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana", kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu?".

Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa".

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis buta itu.

"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.."

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas; pertama, berbuat baik kepada orang lain tak mesti harus diketahui oleh orang yang menerima kebaikan itu, nanti Allah akan membuka kebaikan kita kepada banyak orang walau kita telah mati, misal lain yang mudah; mendoakan (di malam hari, di dalam rumah, ketika selesai sholat tahajjud) tetangga yang belum mau melakukan sholat, mendoakan orang lain yang mengganggu agar mendapat hidayah agar mengentikan kejahatan yang ia lakukan. kedua, perbuatan baik itu tidak mesti mendapat pujian, terkadang malah dicaci-maki, ini memerlukan mental kesabaran yang cukup. Ketiga, kebaikan itu dibuat tanpa melihat status orang lain, walau kepada orang yang derajatnya rendah sekalipun, atau manusia yang tak lagi berarti dalam kehidupan.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah adhimul akhlaq (khuluqin ‘adhiim), semulia-mulia akhlaq.

Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya. Dengan hal-hal yang mudah.

Rabu, 15 September 2010

DEFINISI DA'WAH

Banyak masyarakat kita mendefinisikan da’wah adalah kegiatan seorang yang memiliki ilmu agama yang luas dan dalam, kemudian naik ke podium untuk mengutarakan ilmunya yang begitu luas selama berjam-jam, sebagaimana yang dilakukan para orator terutama tokoh-tokoh politik di zaman sekitar kemerdekaan negeri ini. Dengan vokal dan mimik yang mengagumkan sehingga disambut riuh-rendah yang hadir. Decak kagum bersahut-sahutan atas prestasi penceramah.

Tidak demikian, da’wah memiliki arti mengajak, dalam pengertian agama, da’wah adalah seseorang mengajak orang lain untuk taat kepada Allah swt. Sebagaimana dilakukan oleh para nabi dan rasul. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa da’wah merupakan jalan hidup Rasulullah saw. Tersebut dalam Surat Yusuf ayat 108 ;
           •        
108. Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Maka sistematika da’wah seperti tersebut di bawah ini :

Dakwah (mengajak) dibagi menjadi 3 bagian;

A. Bil lisan (perkataan)
1. Adzan
2. Ceramah
3. Pidato
4. Khutbah
5. diskusi
6. Seminar
7. Sarasehan
8. Tanya jawab
9. Dialog
10. Debat
11. dll.

B. Bil maal (harta)
1. Zakat
2. Qurban
3. Shodaqoh
4. Infaq
5. Hadiah
6. Hibah
7. dll

C. Bil hal (perbuatan)
1. Memelihara jenggot
2. Penampilan pakaian (termasuk berjilbab)
3. sholat jamaah
4. sholat hari raya
5. mendahului salam
6. senyum manis
7. menolong sesama
8. saling nasihat
9. berlomba berbuat baik
10. Siaturahim, dll.


Kesimpulan;
1. Ceramah agama yang dilakukan para ulama di podium adalah bagian kecil dari da’wah.
2. Da’wah tidak mesti harus dilakukan dengan ceramah
3. Setiap ajaran Islam yang dituntun oleh Nabi SAW. Mengandung unsur da’wah, bahkan dari semenjak bangun tidur Nabi sampai tidur kembali mengandung unsur da’wah yaitu mendekatkan diri, taat kepada Allah SWT yang pada akhirnya menuju keselamatan abadi.
4. Setiap Muslim bisa da’wah, berhak bahkan wajib, karena seorang Muslim wajib mengikuti jalan yang ditempuh Rasulullah saw. Jika ingin selamat dunia dan akhirat.

KISAH SEBUAH TONGKAT DAN SEEKOR ULAR


Wajarlah jika dalam keadaan gelap gulita seseorang hendak memukul ular seharusnya yang diambil tongkat namun ular yang diraihnya. Jika demikian adanya, bukan keselamatan yang diperoleh tetapi marabahaya yang didapatkan. Betapa tidak! Ketika ia meraih ular, belum lagi dapat memukul tongkat itu, ia sudah digigit ular itu dan seketika mati keracunan.

Demikianlah keadaan ummat. Sedemikian gelapnya kebenaran maka mereka akan mengikuti teriakan komando orang lain yang belum tentu berfihak kepada kebenaran yang dibawa Islam itu. Ketika ada teriakan kalau orang yang berjilbab itu perusak persatuan bangsa maka rame-rame mempermasalahkan jilbab. Jika ada seruan diiringi fakta bahwa setiap yang berjenggot adalah teroris maka berbondong-bondong menggunjing jenggot. Apabila ada sekelompok orang lain agama mencaci Kitab Qur’an yang mengatakan sebagai penyebab berjuta-juta umat manusia tersesat, akhirnya nanti ikut juga mencacinya. Bagaimana semua ini kalau sebagian besar ummat Islam yang kegelapan terhadap permainan licik musuh-musuh Islam, latah dengan gerakan mereka? Maka umat Islam akan membenci kewajiban wanita muslim berjilbab, sunnah bagi laki-laki memelihara jenggot sebagai pembeda dengan orang kafir, kemudian meragukan kebenaran isi Kitab Sucinya. Jadilah umat Islam membenci Islam itu sendiri. Hancurlah Islam! Siapa yang untung? Tidak ada yang untung. Dunia akan cepat kiamat jika tidak ada satupun orang yang beriman. Orang Islam jadi kafir, orang kafir jelas neraka.

AMAL DAN WAKTU


Di dalam Islam, setiap amal ada waktunya dan setiap waktu ada amalnya, jika seorang muslim melewati waktu-waktunya dengan beramal sholeh seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Pastilah dia akan mendapatkan keberuntungan hidup dunia dan akhiratnya. Allah bersumpah demi waktu dalam Al-Qur’an bahwa semua manusia mendapatkan kerugian dalam hidupnya kecuali yang beriman dam beramal sholeh kemudian saling nasihat kebenaran dan kesabaran. Itulah jaminan Allah yang pasti.

Pepatah barat menerangkan bahwa waktu adalah uang, maka detik demi detik diusahakan menjadi uang sehingga dalam fikir dan hatinya senantiasa terbetik soal uang dan uang, yang notabene uang adalah identik dengan materi atau kebendaan. Sedangkan benda-benda menempati ruang dan waktu dalam arti benda dunia ini ada batasnya, ada akhirnya. Hanya orang-orang bodoh sajalah yang tidak memikirkan keterbatasan atau kefanaan.

Jika waktu diisi dengan amal sholeh berlandaskan iman yang benar maka hasilnya sangat luar biasa dan kekal abadi. Coba bayangkan keterangan Nabi saw. Yang menjelaskan bahwa satu kata “Subhanallah” yang diucapkan oleh muslim yang benar imannya maka akan tumbuh sebatang pohon di lahan akhirat (syurga). Pohon besar itu jika diukur bayangannya dengan kuda yang berlari cepat maka akan menempuh waktu perjalanan selama 70 tahun. Lalu berapa besar dan tinggi pohon itu? Kemudian jika pohon itu ditebang untuk dibuat kayu bakar di dunia, berapa milyar kubik yang diperoleh? Sedangkan pohon itu spontan tumbuh kembali seperti gambar dalam komputer jika dikopy tidak akan mengurangi file aslinya. Kwalitas kayu hasil penebangan tidak mungkin sama dengan kayu dunia. Soal berapa harga kayu itu perkubiknya jika dijual di dunia tak dapat terbayangkan. Satu kata yang diucapkan dengan ringan dan mudah seorang mu’min akan jadi milyuner sepanjang masa. Belum lagi amal yang lain. Wah betapa ini adalah kemurahan Allah SWT. untuk orang beriman.

Apatah lagi ia menyiarkan kepada orang lain tentang amal sholeh itu sehingga mengikutinya, maka pahala akan mengalir kepadanya. Berapa orang yang mengikuti makin banyak pulsa pahala bertambah tanpa disadari. Penambahan pulsa pahala terjadi sampai tidak ada lagi orang mengamalkan amal sholeh yang diajarkannya, sampai menjelang hari kiamat.

Andaikata seluruh waktu dalam usia seseorang untuk melakukan amal sholeh dan seluruh amal sholehnya diterima, kemudian pahalanya dijadikan bermacam kebutuhan di syurga, tidaklah akan memenuhi luasnya syurga. Banyak lahan di syurga yang luas itu gersang tak ditumbuhi tanaman, gedung ataupun kainnya. Karena itulah ia masih saja menyesali, mengapa dulu tak beramal labih banyak lagi. Apakah mungkin ia beramal tanpa waktu? Karena seluruh waktu dalam usianya sudah digunakan untuk beramal.

Tetapi jika ia mengajak seorang saja untuk beramal sholeh, kemudian orang itu mengikutinya, lalu mengajak beberapa orang, kemudian beberapa orang masing-masing mengajaknya beberapa orang lagi, dan seterusnya, maka orang pertama akan terkejut di syurga, dst,….dst,….dst.

Selasa, 14 September 2010

DUNIA BUKAN LAGI LADANG SUBUR AKHIRAT

Anda tidak lagi dapat dengan mudah menawari es krim kepada sesama penumpang bis sebelah Anda yang baru kenal, jika Anda bermaksud berbuat sopan sebelum makan es krim. Karena kepercayaan sesama penumpang kendaraan sudah dirusak banyak orang di perjalanan. Jika Anda terus memaksakan panganan jalanan meski langsung beli pada pedagang asongan di situ, justru Anda makin dicurigai. Tak mudah lagi berbuat baik.

Jika Anda orang miskin yang mencari riski dengan membeli barang bekas di kampung atau di komplek perumnas, Anda tidak lagi dipercaya sebagai orang miskin yang jujur untuk membeli barang bekas. Karena kepercayaan orang kampung telah dicemari oleh ulah banyak pemulung yang ringan tangan dengan mengambil pot bertanam bunga mahal, atau spion mobil mewah yang diparkir di depan rumah.

Anda tidak lagi dapat memasang air minum gratis bagi orang lewat di depan rumah Anda sebagaimana kakek nenek kita zaman dulu yang suka menyediakan air minum sepanjang jalan dengan gentong dan gayungnya. Orang lewat yang tak kenal sekalipun mau memanfaatkan kebaikan kakek nenek kita. Sekarang takkan dapat lagi. Karena rasa egois sudah subur pada setiap orang, dan kecurigaan sudah merambah dimana-mana.

Kalau Anda seorang muslim yang hendak mengamalkan ajaran Islam, bersilaturahim kepada sesama muslim di daerah lain, Anda tidak lagi mudah mengamalkannya. Anda akan dituduh sebagai tokoh gelap yang tengah mencari pengikut, walau sebersih niat apapun.

Apalagi jika Anda menawarkan “Keselamatan dan kesuksesan hidup dunia dan akhirat hanya pada amalan agama yang sempurna sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw. Dan dibuktikan para sahabat beliau r.anhum, Anda akan dianggap orang aneh dan asing yang perlu dicurigai, orang sesat dan sebagainya, walau Anda tidak sesen pun meminta upah darinya. Walau itu benar adanya, karena masyarakat telah jenuh dengan propaganda kosong di dunia ini.

Namun,

Kalau Anda menjadi dalang wayang kulit yang mengumbar lelucon, fitnah, propaganda, walau bahasanya menggunakan seluruh nama penghuni kebun binatang disebutkan, Anda akan jadi pahlawan, dielu-elukan khalayak bahkan Anda berhak mencalonkan diri sebagai calon bupati, sebagian khalayak mengiayakan dan sebagiannya piker-pikir, kan sudah dapat dukungan 50 persen, tinggal menunggu taktik serangan fajar jadi 90 persen. Jadi deh! Karena masyarakat konyol maunya pemimpin konyol juga.

Jika Anda propaganda jadi penyihir walau tak ahli jadi tukang sihir, maka segera terbentuk kerumunan penonton menunggu Anda mempraktikkan sihirnya, mereka setia menunggu sampai Anda membubarkan kegiatannya walau tak terbukti Anda bisa main sihir. Karena masyarakat buta kebenaran.

Tetapi,…. Tetapi kalau aku bilang, “Mari kita hancurkan kehidupan ini!” Maka mereka akan mengejarku dan menuduhku sebagai pengacau. Oh, ternyata masih ada kehidupan dalam hati mereka yah! Memang hati selamanya jujur.

Namun dunia sudah gersang.

PEWARIS PARA NABI IALAH ULAMA

Dari sebuah hadits menerangkan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi, (Al-‘ulama warotsatul anbiyaa) Ini benar adanya bahwa di dunia ini, di zaman akhir ini tiada lagi diturunkan nabi baru walau kerusakan zaman semakin parah, bukan dari segi perkembangan ilmu pengetahuan yang rusak namun dari segi keimanan dan tujuan hidup yang hakiki. Manusia dibuat terlena oleh gemerlap kemajuan dunia, sampai-sampai banyak di antara manusia tidak lagi yakin tentang hal yang ghaib. Di sinilah peran para ulama menyimpan khazanah pengetahuan mengenai alam ghaib, surga, neraka, masyar, shirot dan lain-lain termasuk makhluk dan Sang Kholiq. Pengetahuan yang dibawa para nabi melalui wahyu kini dimiliki oleh para ulama. Sungguh berat memang tugas mereka untuk menerangkan pengetahuan yang dimilikinya kepada umat tanpa didukung oleh keajaiban mu’jizat sebagaimana yang diberikan kepada para nabi, mereka memiliki mu’jizat yang menjadi pendukung dakwahnya.

Para ulama, ketika pertamakali berangkat untuk menimba ilmu kepada seniornya, yaitu para ‘ulama di pesantren, mereka membawa niat yang beragam sesuai pola pikir mereka di waktu mudanya. Di zaman tahun 60-an banyak yang membawa bekal niat sesuai dengan zaman itu. Berangkat mondok (istilah orang Tegal) ngaji di pesantren, nanti pulang dipanggil ustadz, dipinang oleh seorang haji kaya di desanya atau desa tetangganya untuk dijadikan menantu kesayangan, diberi bekal yang cukup seumur hidup berupa warisan sawah puluhan hektar, hidup hanya untuk menyiarkan agama tanpa harus bekerja keras banting tulang mencari nafkah, hidup serba kecukupan, maka hidup akan tenang dalam menyiarkan agama. Betapa tinggi gengsinya saat itu.

Zaman berubah, suasana berbeda sehingga banyak masyarakat awam lebih maju dalam bidang ekonomi. Dengan bermodalkan semangat kerja, banyak orang melarat jadi pejabat, banyak anak orang sengsara jadi kaya, tidak sedikit orang pinggiran berpendidikan tingga, melebihi gengsi para ustadz. Perubahan itu meliputi berbagai sudut kehidupan sehingga para penyiar agama makin suram ekonominya. Terjadilah di sana-sini perebutan pengaruh. Alhasil jika sebuah masid atau musholla ada 2 orang ustadz akan sering terjadi konflik, apalagi lebih dari 2. Di wilayah RT ada 2 orang yang pandai memimpin acara keagamaan (misal; Tahlian) maka sering terjadi kekisruhan berebut wilayah, bahkan tidak jarang bikin musholla baru lagi. Percaya tidak, ada 2 musholla hanya berjarak 10 meter. Inilah contoh kecil keadaan masyarakat kita di suatu wilayah dengan ruang lingkup kecil. Dalam wilayah negara bagaimana, coba Anda amati sendiri.

Sekarang kita bicara tentang tema kita, “Ulama adalah pewaris para Nabi.”

Untuk membicarakan tema di atas saya kemukakan sebuah permisalan sederhana. Ada seorang petani yang memiliki 30 hektar tanah pertanian. Ia juga mempunyai 3 orang anak. Tanah pertanian itu diwariskan kepada ketiga anaknya masing-masing 10 hektar.

Anak pertama mengolah tanah itu persis seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Menanam padi jika musim hujan dan palawija jika musim kemarau. Ia cinta dengan pekerjaannya itu sebagaimana yang dilakukan oleh ayahnya. Sehingga sifat-sifat petani menurun padanya sebagaimana sifat ayahnya.

Anak kedua menyewakan tanah warisnya itu kepada orang lain yang kemudian diolah oleh penyewanya itu untuk membuat batu bata. Ia bekerja tidak lagi sebagai petani namun ia mengaku anak petani dan masih mengaku dengan bangganya punya sawah pertanian yang luas.

Anak ketiga menjual tanah pertanian warisan orang tuanya kepada orang lain dan alih profesi sebagai pedagang dengan modal uang hasil penjualan sawahnya. Ia tidak lagi punya tanah tetapi ia berdagang hasil pertanian dan obat-obatan.

Pertanyaan : Anak ke berapakah yang benar-benar masih sebagai petani? Tentu semua orang akan menjawab anak pertama. Tidak ada yang dapat membuat keraguan untuk menjawab pertanyaan itu.

Demikian jugalah siapa Ulama yang menjadi benar-benar pewaris para nabi? Jawaban akan beragam tergantung kepada siapa Anda bertanya dan siapa yang memberi jawaban. Tentu semua akan mengatakan “Akulah pewaris para nabi!” Inilah jawaban yang menjebabkan suasana keberagamaan seperti sekarang yang ada di desa-desa. Akankan berubah menjadi lebih baik? Allah mengklaim di dalam Kitab Qur’an bahwa Dia tidak akan merubah suatu kaum sehingga mereka mau merubah (menyadari) diri masing-masing (kemudian merubahnya). Namun dibutuhkan segelintir orang yang rela berkorban menjadi pelopor perubahan itu. Dia itu harus benar-benar mencontoh Nabi SAW baru akan terwujud, karena dialah sang pewaris nabi yang asli.

Wallahu a’lam.

Jumat, 27 Agustus 2010

Pendidikan seumur hidup


“Long life educations.” adalah slogan yang dikenal di dari barat, bahwa manusia mengalami proses pendidikan selama ia hidup, semenjak kecil, bahkan sejak di dalam kandungan ibunya sampai tuanya bahkan menjelang kematian, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, menerima informasi yang dapat mempengaruhi perubahan pada dirinya. Informasi dari lingkungan inilah yang disebut proses pendidikan. Dengan interaksi itu manusia akan mengalami perubahan sedikit atau banyak, pelan atau cepat, bertambah menjadi baik atau sebaliknya. Islam juga mengenal landasan pendidikan itu sesuai dengan hadist Nabi saw. Yang artinya,”Carilah ilmu dari ayunan bunda sampai ke liang lahat.” Hadist ini mengandung perintah yang bersifat wajib bagi ummat Islam dalam menempuh pendidikan.

Dalam proses pendidikan orang membagi-bagi usia belajar bagi manusia sehingga ada usia pra sekolah, usia sekolah dan masa tua. Lahirlah lembaga-lembaga pendidikan yang ada sekarang. Baik itu Taman Kanak-kanak, Pendidikan dasar maupun lanjutan bahkan perguruan tinggi. Sebenarnya lembaga pendidikan yang disebut di atas karena pengaruh dari metode pembelajarannya yaitu metode klasikal, dimana peserta didiknya mempunyai usia rata-rata. Kecuali di perguruan tinggi ada yang usianya heterogen.

Jika pada lembaga pendidikan lain yang menggunakan berbagai metode maka kita akan melihat lembaga pendidikan di pesantren. Di sana digunakan metode individual di samping juga menggunakan metode klasikal. Ketika menguji pelajaran hafalan dalam pesantren menggunakan metode individual. Siapa yang lebih cepat dia akan segera selesai menghadap gurunya. Tidak pandang usia.

Ceramah digunakan pada acara pertemuan umum, biasanya seluruh santri berbagai usia dikumpulkan dalam satu tempat kemudian ustadz menyampaikan ceramah. Namun ketika melakukan kajian yang bersifat umum tetapi pesertanya setara maka digunakan metode klasikal. Demikianlah masih banyak metode lain dalam proses pembelajaran.

Lain halnya dengan JT (Jamaah Tabligh). Pesertanya beragam segala aspek. Tua-muda, alim-awam, kaya-miskin, dll. Ketika dibentuk satu rombongan (jamaah) untuk dikeluarkan beranggotakan peserta didik yang heterogen. Dan alam ini sebagai ruang kelas tempat belajar. Sarananya semua yang ada di alam ini. Materi pelajaran segala sifat-sifat Rasulullah saw. Targetnya 6 sifat para sahabat Rasul. Kegiatan pembelajarannya ta’lim fadilah amal, praktik ibadah yang dicontohkan Rasulullah saw. Evaluasinya setiap anggota yang telah keluar di jalan Allah mengalami perubahan sikap yang signifikan. Lembut, ramah, sabar, dermawan, pemaaf, dll. Dan trget belajarnya sampai mati sesuai dengan prinsip pendidikan yang telah disebutkan diatas.

Jamaah Tabligh adalah penomena penyelenggaraan pendidikan seumur hidup bagi manusia yang real, sederhana namun lengkap dari berbagai sisi.

Real, nyata karena bukan dengan teori yang muluk-muluk namun praktiknya nyata di lapangan. Sederhana karena muda dilaksanakan tanpa perencanaan biaya dan tetek bengek yang memusingkan. Lengkap dari berbagai sisi, bagi peserta, orang yang melihat maupun masyarakat yang didatangi bahwa kedatangan mereka merupakan proses dan materi belajar yang efektif bagi perkembangan emosi, pengalaman hidup dan perubahn sikap masing-masing.

Coba saja satu misal kejadian; di suatu tempat (masjid/mushola) kedatangan rombongan jamaah tabligh yang akan membuat program yang biasa dilakukan dimana-mana selama3 hari 3 malam di situ. Karena faktor kecurigaan pada masyarakat yang didatangi maka mereka mengusirnya. Dari peristiwa itu maka akan timbul aspek-aspek pendidikan bagi semua.
1. Bagi jamaah yang diusir akan menambah sifat sabar, koreksi diri, menambah kedekatan dengan sang Kholik dengan menambah amal ibadahnya, dll. Bagi peserta yang belum memahami malah jadi takut atau marah.
2. Bagi yang melihat kejadian itu bisa saja akan timbul rasa kasihan, ingin menolong, atau penasaran hatinya ingin tahu maksud mereka. Sehingga ia mencanangkan suatu hari akan menemui jamaah itu di tempat atau hari lain. Atau sebaliknya ia membela pengusir tadi.
3. Bagi pengusir ada yang memang berhati keras, tetapi ada juga yang bimbang atas perbuatannya, sehingga ia suatu saat merenunginya dan di saat yang lain banyak juga pengusi jadi pengikut setia. Berakhlah menjadi lebih baik daripada ketika belum ikut serta. Dan banyak lagi yang belum disebutkan. Karena itu hanya sekedar contoh.

Seluruh umat perlu pendidikan dan perlu dididik. Jamaah Tablgh adalah tempat pendidikan manusia tanpa batas.

Rabu, 25 Agustus 2010

KEINGINAN YANG KESAMPAIAN


Pengalaman pribadi

Di bulan Ramadhan ada libur sekolah yaitu 7 hari menjelang hari raya. Aku menyempatkan diri untuk ikut belajar khuruj fi sabilillah rencananya sampai hari raya tiba baru aku pulang. Untuk keperluan anak dan istri di rumah sudah tercukupi bahkan sebagai persediaan zakatpun sudah disediakan. Aku mengikuti kegiatan dakwah keliling dengan 8 orang teman.

Di suatu sore dalam keadaan puasa aku duduk termenung di teras sebuah musholla. Sementara teman-teman sedang mengurus keperluan pribadi masing-masing selepas Ashar waktu itu. Karena bulan puasa maka kegiatan sore dalam kegiatan dakwah dialihkan nanti malam selepas tarawih.

Di depan musholla itu ada pohon nangka yang berbuah besar hanya satu buah. Ketika aku melihatnya terbetik dalam hatiku membayangkan rasa buah nangka itu. Bayangan bagaimana rasanya yang lezat dengan buahnya yang tebal dan harum. Tapi itu Cuma bayangan saja sore itu.

Ketika buka puasa bersama teman tak lagi teringat buah nangka, karena sudah banyak makanan yang enak dan lezat. Sampai sholat tarawih selesai kemudian mulai kegiatan seperti biasa, silaturahmi ke seluruh muslim laki-laki di sekitar musholla itu. Tadarus dan bersama dan akhirnya istirahat untuk persiapan sahur.

Aku sendiri belum tidur sampai jam 12 malam. Saat itu ditemani seorang tetangga musholla mengajak ngobrol sekitar agama. Agak lama akhirnya ia minta ijin pulang untuk mengambil sesuatu. Ternyata ia membopong buah nangka besar setengah bagian cukup untuk dimakan 10 orang. Ia bilang kalau ia sebenarnya sedang nunggu kedatangan cucu sudah 3 hari ini. Karena belum juga datang sementara nangka itu sudah makin matang, takut kalau busuk tak dapat dimakan. Ia sendiri tak suka nangka. Ia menyerahkan untuk aku dan rombongan. Wah! Betapa keinginanku sore tadi sekarang kesampaian. Dengan bantuan seorang teman yang kubangunkan segera kupotong-potong buah itu untui makan sahur. Aku makan dengan puas sebelum teman-teman bangun.

Di hari yang lain di musholla lain aku bertugas sebagai khidmad yaitu melayani keperluan rombongan yang kuikuti waktu itu. Tiba di sore hari, aku akan menyediakan buah untuk buka puasa teman-teman, maka aku pergi ke jalan untuk mencari penjual buah sore itu. Tidak aku dapatkan penjual buah. Aku pulang dengan risau dan khawatir. Aku berangkat kembali mencari buah-buahan apa saja yang penting bisa untuk buka puasa sebelum makan. Tak juga kudapatkan karena sudah sore dan hampir saja waktu buka puasa tiba. Aku pulang ke musholla dengan pasrah. Makin mendekat ke waktu buka ada seseorang mengantar sepiring buah pisang emas. Baru saja kelegaan hatiku belum surut, datang seorang anak muda menyerahkan sesisir buah pisang besar-besar berwarna hijau, dia katakan ingin sedekah. Sebentar kemudian seorang ibu menyerahkan sebungkus plastik warna hitam berisi jambu air berwarna putih. Terus keanehan itu berlanjut sampai akhirnya aku menerima 7 macam buah-buahan tanpa membeli. Belum lagi kue-kue yang manis. Sehingga kami mengundang buka bersama dengan orang-orang yang hadir jamaah sholat maghrib saat itu. Semua jadi gembira. Di musholla itu baru kali ini ada acara buka bersama.

Di hari yang lain di sebuah masjid agung di kota Slawi, ketika buka puasa kami serombongan hendak buka puasa dengan makanan yang kami beli di warung sekitar kota Slawi. Saat itu ada banyak jamaah sholat maghrib di masjid itu, ada beberapa orang yang mendekat kepada rombongan kami, mereka mengira ada acara buka bersama. Mereka menyerbu makanan kami yang sangat terbatas untuk kami sendiri. Ya terpaksa kami mengalah, mereka menghabiskan semua makanan. Kami cuma tersenyum. Dalam keadaan lapar belum hilang aku berguman kepada teman-teman,”Tenang. Nanti Allah kirim makanan untuk kita. Tenang saja.” Kataku dengan memandang seorang teman yang kelihatan kecewa dipendam. “Kau ingin nangka lagi? Nanti juga Allah kirim nangka untuk kita.” Sambungku bergurau.

Sholat tarowih telah usai malam itu. Kami bermaksud membeli makanan kembali untuk penghilang rasa lapar karena baru berbuka puasa dengan segelas air minum. Namun langkahku terhenti oleh sebuah becak yang masuk ke halaman masjid ditumpangi seorang anak muda dan beberapa benda di jok becak itu. Lelaki itu berkata kepada kami,”Ini semua dari saudara anda semua, untuk dimakan di sini.” Setelah menyerahkan sebakul nasi lengkap dengan lauk serta buah nangka yang besar tukan becak itu pergi, dia pesan akan mengambil tempat makanan itu esok paginya. Ia suruhan teman yang mendengar kalau di masjid agung ada jamaah sedang I’tikaf.

“Inilah kiriman Allah!” Kataku. Kami makan dengan santai dan senang sampai kenyang.

KISAH PENUNGGU SAWAH


Kisah nyata dari penuturan seorang teman

KISAH PENUNGGU SAWAH

Nasikhi adalah seorang petani kecil yang memiliki sepetak sawah. Di musim tanam kedua ia menanami sawahnya dengan padi. Untuk penanaman kedua di musim tanam ia tahu bahwa untuk keperluan pengairannya sangat sulit. Untuk mendapatkan air bagi sawahnya harus menunggu giliran yang sangat susah. Itupun ketika mendapatkan giliran air yang harus mengalir ke sawahnya sering dicegat oleh orang lain sehingga tidak jarang penanaman periode kedua (baca : tandon) sering mengalami kegagalan. Karena itulah ketika benih sudah ditanan ia bermaksud untuk pergi 40 hari keluar di jalan Allah bersama rombongan dakwah ke lain kota. Dia pasrahkan semua kepada sang Pemelihara kehidupan.

Empat puluh hari dia jalani keluar di jalan Allah dengan lancar. Tiada apapun yang ia alami dalam khuruj fi sabilillah itu. Kegiatan biasa saja ia ikuti dengan tertib dan tenang sesuai arahan dan bimbingan amir (ketua) rombongan. Ada beberapa pengalaman yang didapatkan selama khuruj dan ada beberapa yang dapat ia hafal, di antaranya doa-doa dan hafalan surat-surat pendek. Kemudian ia pulang kerumah dengan tenang. Nasikhi termasuk orang baru dalam kegiatan dakwah Khuruj fi sabilillah.

Di rumah, pertama kali yang dilihatnya tentang perubahan ialah; istrinya tidak penakut lagi. Ketika malam hari ada suara di depan rumah yang merupakan warung kecil, istrinya menengok sendiri tanpa minta didampinginya. Sebelum khuruj istrinya penakut, kini berani bangun malam dan menengok sendiri ruang depan yang berisi dagangan.

Sebuah keanehan ketika Nasikhi esok paginya menengok sawah yang ditanami padi. Tanaman di sawah itu tumbuh subur bahkan paling baik di antara semua tanaman di sawah tetangga sekitarnya. Ia merasa heran dan kagum, padahal tak ada hujan dan selokan airpun kering kerontang. Selama ini dia mengira kalau sawahnya pasti kering tanpa tanaman. Belum habis keheranannya terdengar suara sapaan dan pujian seorang tetangga pemilik sawah sebelahnya. Tetangganya itu memuji keberuntungan Nasikhi memilih seorang kuli penjaga sawah sementara ia pergi. Namun Nasikhi tidak merasa menyuruh orang untuk menunggui sawahnya.

Menurut cerita tetanggganya itu, bila malam tiba datanglah seseorang bertubuh kurus, berpakaian lusuh berlepotan lumpur sawah datang dari arah selatan. Memanggul cangkul dan menjinjing kantong plastik bekas bungkus pupuk (waring), diikuti seekor anjing pemburu tikus. Ia selalu mondir-mandir di sekitar sawah Nasikhi. Jarang bicara dan senantiasa menyibukkan diri dengan berburu tikus di sawah Nasikhi. Ia pantas sebagai seorang buruh penjaga sawah yang tekun dan bertanggungjawab. Ketika giliran air harus mengalir di sawah Nasikhi, orang bertubuh kurus itu menjaganya dengan ketat dan gagah sehingga ketika seseorang mengalirkan air kesawah lain orang bertubuh kurus itu segera tahu dan menutup kembali dengan cepat. Bahkan ia berani bertengkar dengan keras demi air yang harus mengalir ke sawah Nasikhi. Dengan sangat tangkas ia hendak melawan orang yang berani mengalirkan arus air ke sawahnya. Maka tiadalah orang berani melawannya. Pantaslah selama ini air yang harus mengalir ke sawah Nasikhi tetap utuh dan lancar.

Ketika seorang bertanya tentang alamatnya, orang bertubuh kurus itupun memberi alamat dengan jelas bahwa ia tinggal di RT anu RW ani desa sebelah. Namun ketika Nasikhi dan orang yang diberitahu alamat orang misterius itu dicari, ternyata nihil. Keterangan yang diperoleh bahwa tidak pernah ada orang yang bernama fulan tinggal di RT, RW dan desa tersebut. Sungguh aneh memang.

Pada diri Nasikhi timbul keberanian untuk membeli sebuah mobil truk untuk disewakan mengangkut pasir. Sudah ada persiapan dari tabungan untuk modal DP, selebihnya diangsur. Diharapkan setiap hari ada masukan baru sekitar 200 ribu rupiah yang bisa untuk menutup setor angsurannya dan sebagian dipersiapkan untuk servis serta lebihnya sebagai masukan baru bagi kebutuhan ekonominya. Namun di mata tetangga lain anggapan. Ada suara mengatakan kalau Nasikhi habis bepergian 40 hari mencari pesugihan dengan jalan pintas “Nyupang!” dalam dialek Tegal bahwa nyupang itu bekerjasama dengan setan untuk mencari dn mengumpulkan kekayaan. Terbukti baru pulang 5 hari sudah bisa membeli mobil seharga 50 juta. Heboh! Terhadap sangkaan ini Nasikhi hanya bisa geleng kepala dan berdecak, “Kasihan ummat.”

Penulis bertemu Nasikhi dan mendengar sendiri kisah ini 7 hari setelah kejadian itu yang terjadi sekitar bulan Maret tahun 2002 di wilayah Kecamatan Suradadi bagian selatan Kabupaten Tegal Jawa tengah. Sampai saat ini penulis dan Nasikhi masih aktif dalam dakwah.

Kamis, 12 Agustus 2010

LETAK KEBAIKAN MANUSIA

Ada di hatinya. Jika memang hatinya memiliki sifat-sifat baik maka seluruh pemikiran dan perbuatannya akan baik. Jika ilmunya bertambah luas maka kebaikannya akan meluas pula, jika hartanya melimpah maka kebaikan dengan hartanya itupun akan melimpah pula.
Ilmu dan harta hanyalah sebagai peningkat kwalitas perbuatan baiknya.

Ada orang yang membanggakan ilmu, tetapi banyak orang yang memiliki ilmu yang luas namun ia tidak mampu berbuat baik sesuai dengan ilmu yang dibanggakannya, bahkan seringkali banyak yang memanfaatkan ilmunya untuk kepentingan pribadi yang sesaat itu. Walau ilmu itu adalah ilmu agama. Ia gunakan ilmu agama yang dikuasainya untuk mencari nafkah bahkan dengan persaingan yang tidak sehat dengan sesama penganut agama yang sama. Maka jika orang membanggakan ilmu tanpa diamalkan, ia termasuk dalam kebodohan. Ilmu adalah untuk meningkatkan perbuatan baik. Seorang guru yang mendapat SK mengajar berbasis pendidikan SLTA, ia akan tetap sebagai guru walaupun kini telah lulus S1, namun dengan kwalitas mengajar yang berbeda. Ia tetap seorang guru. Atau, seorang penjual buah sawo ketika ia menjaga kios buah sawo kemarin, sekarangpun akan tetap sebagai penjual sawo jika ia di dalam kiosnya, namun buah sawonya sekarang lebih berkwalitas karena ia meningkatkan kwalitas buahnya.

Jadi, Orang yang bersedekah dengan menebar senyum akan bertambah kwalitas sedekahnya dengan mengiringi senyumnya itu kepada saudaranya dengan beberapa lembar uang atau dengan menjinjing makanan. Hartapun berfungsi untuk meningkatkan amal saleh, bukan menggantikan amal saleh itu berubah nama.

Letak kebaikan manusia ada pada hatinya dibuktikan dengan perbuatan baik (amal saleh)

AGAR TIDAK MENYESAL

Kesadaran adalah kondisi dimana seseorang mempunyai dorongan kemauan untuk melakukan sesuatu yang tumbuh dari diri-sendiri tanpa harus adanya stimulus (rangsangan) terus menerus berupa uang atau materi. Demikianlah pelaku da’wah Jamaah Jaulah/Jamaah tabligh yang sering kita jumpai di masjid-masjid. Mereka berpindah dari masjid ke masjid dengan kesadaran yang penuh tanpa iming-iming materi bahkan mereka membawa bekal sendiri.

Apa yang mereka lakukan dalam kegiatan itu? Jika kita membaca artikel-artikel dalam internet, majalah atau mass media lain yang penyajinya tidak paham tentang mereka, apalagi diiringi rasa antipati, maka kita akan dapati informasi yang ngawur dan simpang-siur. Hasilnya malah kita dibohongi oleh sang penyaji informasi tersebut. Kita tidak akan tahu selamanya apa yang mereka lakukan sebenarnya.

Seperti pada saat Nabi terakhir muncul di wilayah Arab Saudi, ada seorang pengemis buta dari bangsa Yahudi yang setiap hari ia duduk dipojok pasar Madinah. Ia selalu mendapatkan informasi tentang keburukan Nabi akhir zaman, Muhammad saw. Iapun selalu menyampaikan berita buruk kepada setiap orang lewat tentang kejelekan Nabi yang suci. Di saat lain, setiap pagi Nabi saw. Dengan tangannya yang mulia menyuapi pengemis itu dengan penuh kelembutan. Nabi sendiri juga selalu mendapat nasihat darinya tentang keburukan diri beliau. Pengemis buta sedikitpun tidak tahu siapa yang ia cela dan siapa yang menyuapinya setiap pagi dengan penuh keramahan. Sedikitpun Nabi tak bergeming dari berbuat kebaikannya itu menjadi kemurkaan. Nabi tetap berlemah lembut menyuapinya. Sampai wafat beliau, pengemis itu tak tahu tentang laki-laki yang setiap pagi menyuapi dirinya dengan kasih sayang.

Rasa penyesalan yang teramat dalam pengemis itu terjadi ketika ia mendengar informasi dari sahabat yang paling setia Abubakar Assiddiq r.a. yang menggantikan Nabi saw. mengirim makanan kepada pengemis itu pada suatu pagi. Perbedaan cara pelayanan yang dilakukan Abubakar Assiddiq r.a. itulah akhirnya Abubakar terpaksa menceritakan bahwa yang lemah-lembut, belas kasih adalah Nabi akhir zaman. Spontan pengemis itu terkejut dan lemas tiada daya. Ternyata ia salah informasi. Namun masih beruntung di hadapan Abu Bakar r.a. pengemis itu menyatakan masuk Islam atas izin Allah swt.

Dia adalah korban informasi yang salah. Semoga jangan pula menimpa kita hal-hal yang demikian. Di zaman penuh gelombang fitnah ini tentu sangat mudah bagi orang yang membenci kebenaran atau yang tidak tahu, dengan mudah menyebarkan kebohongan.

Jika kita tidak mau jadi korban informasi seperti pengemis buta itu, cobalah teliti lebih dalam lagi tentang Jamaah Tabligh/Jamaah Jaula itu, kemudian kita buat informasi yang sesungguhnya. Insya Allah kita akan selamat sebagai penyebar berita buruk atau bahkan jika mereka (jamaah Tabligh) itu benar maka kita termasuk andil sebagai penyebar berita baik (amar ma’ruf).

Misalnya; hanya karena Jamaah Tabligh dirintis bukan di negeri Arab, bukan oleh orang Arab lalu dianggap sesat. Bangsa Yahudi dilaknat oleh Allah swt. karena mereka menganggap bangsa Yahudi lebih baik dari bangsa lain, sehingga nabi yang diturunkan bukan dari bangsa Yahudi maka mereka menolaknya. Inilah sikap-sikap yang tidak boleh ditiru yang dicontohkan oleh Allah swt dalam kitab Qur’an.

Seandainya ada gerakan agama yang lahir dari pesantren Jawa Timur, yang membawa ajaran nabi akhir zaman, semuanya sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah saw. Mengapa kita menolak hanya karena kyainya dari tanah Jawa dan suku bangsa Jawa? Jika kita menolak maka sifat-sifat Yahudi ada pada kita, na’udzubillah.

Seandainya metode da’wah atau cara mendidik ummat Islam berbeda dengan yang lain, sementara aqidah, ubudiyah, mu’amalah, mu’asyarah dan akhlak mengacu kepada yang dicontohkan Nabi saw. Mengapa kita curiga? Kita akan menyesal sebagaimana pengemis buta di pojok pasar Madinah tadi.

Kalau kita hanya membaca artikel di internet, atau media lain lalu kita langsung mengambil kesimpulan, maka kita tidak tahu hal yang sebenarnya, karena mereka (Jamaah tabligh) ada pada zaman hidup kita. Ada objek yang langsung kita amati. Berbeda dengan membaca alkisah dalam buku-buku lama, kita hanya dapat membayangkan lalu meresapinya.

Dalam pepatah China mengatakan ;
Kalau kita mendengar maka akan lupa,
Jika kita melihat maka akan ingat,
Andai kita melakukan langsung maka akan paham.

Namun hidayah milik Allah swt. Dia memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan membiarkan dalam kesesatan bagi orang yang Dia kehendaki pula. Walaupun seseorang melakukan langsung, belum tentu berhasil mendapatkan kepahaman karena tergantung niat kita.

Marilah kita berusaha menjadi manusia adil. Jangan penjadi penyebar berita buruk hanya karena membela suatu kaum. Belalah Islam demi keselamatan umat manusia seluruhnya.