Rabu, 25 Agustus 2010

KEINGINAN YANG KESAMPAIAN


Pengalaman pribadi

Di bulan Ramadhan ada libur sekolah yaitu 7 hari menjelang hari raya. Aku menyempatkan diri untuk ikut belajar khuruj fi sabilillah rencananya sampai hari raya tiba baru aku pulang. Untuk keperluan anak dan istri di rumah sudah tercukupi bahkan sebagai persediaan zakatpun sudah disediakan. Aku mengikuti kegiatan dakwah keliling dengan 8 orang teman.

Di suatu sore dalam keadaan puasa aku duduk termenung di teras sebuah musholla. Sementara teman-teman sedang mengurus keperluan pribadi masing-masing selepas Ashar waktu itu. Karena bulan puasa maka kegiatan sore dalam kegiatan dakwah dialihkan nanti malam selepas tarawih.

Di depan musholla itu ada pohon nangka yang berbuah besar hanya satu buah. Ketika aku melihatnya terbetik dalam hatiku membayangkan rasa buah nangka itu. Bayangan bagaimana rasanya yang lezat dengan buahnya yang tebal dan harum. Tapi itu Cuma bayangan saja sore itu.

Ketika buka puasa bersama teman tak lagi teringat buah nangka, karena sudah banyak makanan yang enak dan lezat. Sampai sholat tarawih selesai kemudian mulai kegiatan seperti biasa, silaturahmi ke seluruh muslim laki-laki di sekitar musholla itu. Tadarus dan bersama dan akhirnya istirahat untuk persiapan sahur.

Aku sendiri belum tidur sampai jam 12 malam. Saat itu ditemani seorang tetangga musholla mengajak ngobrol sekitar agama. Agak lama akhirnya ia minta ijin pulang untuk mengambil sesuatu. Ternyata ia membopong buah nangka besar setengah bagian cukup untuk dimakan 10 orang. Ia bilang kalau ia sebenarnya sedang nunggu kedatangan cucu sudah 3 hari ini. Karena belum juga datang sementara nangka itu sudah makin matang, takut kalau busuk tak dapat dimakan. Ia sendiri tak suka nangka. Ia menyerahkan untuk aku dan rombongan. Wah! Betapa keinginanku sore tadi sekarang kesampaian. Dengan bantuan seorang teman yang kubangunkan segera kupotong-potong buah itu untui makan sahur. Aku makan dengan puas sebelum teman-teman bangun.

Di hari yang lain di musholla lain aku bertugas sebagai khidmad yaitu melayani keperluan rombongan yang kuikuti waktu itu. Tiba di sore hari, aku akan menyediakan buah untuk buka puasa teman-teman, maka aku pergi ke jalan untuk mencari penjual buah sore itu. Tidak aku dapatkan penjual buah. Aku pulang dengan risau dan khawatir. Aku berangkat kembali mencari buah-buahan apa saja yang penting bisa untuk buka puasa sebelum makan. Tak juga kudapatkan karena sudah sore dan hampir saja waktu buka puasa tiba. Aku pulang ke musholla dengan pasrah. Makin mendekat ke waktu buka ada seseorang mengantar sepiring buah pisang emas. Baru saja kelegaan hatiku belum surut, datang seorang anak muda menyerahkan sesisir buah pisang besar-besar berwarna hijau, dia katakan ingin sedekah. Sebentar kemudian seorang ibu menyerahkan sebungkus plastik warna hitam berisi jambu air berwarna putih. Terus keanehan itu berlanjut sampai akhirnya aku menerima 7 macam buah-buahan tanpa membeli. Belum lagi kue-kue yang manis. Sehingga kami mengundang buka bersama dengan orang-orang yang hadir jamaah sholat maghrib saat itu. Semua jadi gembira. Di musholla itu baru kali ini ada acara buka bersama.

Di hari yang lain di sebuah masjid agung di kota Slawi, ketika buka puasa kami serombongan hendak buka puasa dengan makanan yang kami beli di warung sekitar kota Slawi. Saat itu ada banyak jamaah sholat maghrib di masjid itu, ada beberapa orang yang mendekat kepada rombongan kami, mereka mengira ada acara buka bersama. Mereka menyerbu makanan kami yang sangat terbatas untuk kami sendiri. Ya terpaksa kami mengalah, mereka menghabiskan semua makanan. Kami cuma tersenyum. Dalam keadaan lapar belum hilang aku berguman kepada teman-teman,”Tenang. Nanti Allah kirim makanan untuk kita. Tenang saja.” Kataku dengan memandang seorang teman yang kelihatan kecewa dipendam. “Kau ingin nangka lagi? Nanti juga Allah kirim nangka untuk kita.” Sambungku bergurau.

Sholat tarowih telah usai malam itu. Kami bermaksud membeli makanan kembali untuk penghilang rasa lapar karena baru berbuka puasa dengan segelas air minum. Namun langkahku terhenti oleh sebuah becak yang masuk ke halaman masjid ditumpangi seorang anak muda dan beberapa benda di jok becak itu. Lelaki itu berkata kepada kami,”Ini semua dari saudara anda semua, untuk dimakan di sini.” Setelah menyerahkan sebakul nasi lengkap dengan lauk serta buah nangka yang besar tukan becak itu pergi, dia pesan akan mengambil tempat makanan itu esok paginya. Ia suruhan teman yang mendengar kalau di masjid agung ada jamaah sedang I’tikaf.

“Inilah kiriman Allah!” Kataku. Kami makan dengan santai dan senang sampai kenyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar